Kamis, 24 Maret 2016

Psikodiagnostik : Alat dan Produk

Fakta dasar pikodignostik adalah sebagai alat. Seperti alat-alat lain, tes psikologi dapat sangat membantu-bahkan tak tergantikan-bila digunakan dengan tepat dan terampil. Tetapi, tes juga dapat disalahgunakan dengan cara-cara yang mungkin membatasi atau menggagalkan kegunaan alat tes tersebut dan, bahkan mengakibatkan konsekuensi berbahaya.

Semua alat, termasuk alat tes dapat dievaluasi berdasarkan seberapa baik mereka dirancang dan dibangun. Ketika evaluasi didakan, sering melibatkan isu-isu kebijakan, nilai-nilai sosial, dan kepentingan politik.

Fakta yang paling dasar kedua tentang tes psikologi adalah bahwa mereka produk. Walaupun ini adalah fakta yang jelas, kebanyakan orang tidak menyadari hal tersebut.Test adalah produk yang terutama dipasarkan dan digunakan oleh psikolog profesional dan pendidik.

Namun demikian, faktanya bahwa jika sebagian besar, tes psikologi yang disusun, dikembangkan, dipasarkan, dan dijual untuk tujuan diterapkan dalam pendidikan, bisnis, forensik, atau kesehatan mental. Mereka juga harus membuat profit bagi yang memproduksi mereka, sama seperti produk komersial lainnya.

Seringkali, kesalahan ketika mencoba untuk menciptakan makna dari peristiwa, apakah itu perilaku, sejarah, atau biologi, adalah bahwa sydah menjelaskan sebelum mempertimbangan fakta-fakta yang memadai.

Tugas psikodiagnostik adalah untuk menyeimbangkan kedua sisi dialektika ini dan tidak menyerah pada baik polaritas. Mengidealkan subjektivitas sebagai kredibilitas penalaran kita.

Di sisi lain, untuk menjunjung risiko empirisme, sebaiknya mengumupulkan seperti fenomena alami yang paling dekat mendekati dunia nyata pasien. Lalu sebaiknya mencatat data subjektif daripada mengingatnya. Melakukan hal itu memungkinkan kita untuk melihat bagaimana mereka sesuai dengan konten tes dan skor yang telah diperoleh pada titik yang sama. Sebaiknya melacak variasi baik data subjektif dan objektif di tuntutan situasional dan intervensi, sehingga menggunakan pasien sebagai kontrol sendiri seperti yang dilakukan di-kasus tunggal metodologi penelitian.

Sebagai contoh, ketika seorang dokter membaca pertanyaan rujukan dengan mengamati klien, ia sudah mengembangkan hipotesis tentang klien tersebut. Lalu memeriksa untuk menilai validitas observasi. Tahap-tahapnya yaitu:

Tahap 1 : Dalam tahap pertama ini melibatkan mengumpulkan data tentang klien. Ini dimulai dengan pertanyaan rujukan dan diikuti oleh tinjauan sejarah sebelumnya klien dan catatan. Pada tahap ini, klinisi sudah mulai mengembangkan hipotesis tentatif dan untuk memperjelas pertanyaan untuk penyelidikan lebih rinci.

Tahap 2: Pada tahap ini berfokus pada pengembangan berbagai kesimpulan tentang kesimpulan mengenai klien.

Tahap 3 : Karena tahap ketiga yang bersangkutan dengan baik menerima atau menolak kesimpulan dikembangkan dalam Tahap 2, ada interaksi konstan dan aktif antara fase-fase ini.

Tahap 4 : Sebagai hasil dari kesimpulan yang dikembangkan dalam tiga tahap sebelumnya, klinisi dapat bergerak ke Tahap 4 dari kesimpulan spesifik untuk pernyataan umum tentang klien. Ini melibatkan menguraikan setiap inferensi untuk menggambarkan tren atau pola klien.

Tahap 5 : Tahap kelima melibatkan penjabaran lebih lanjut dari berbagai ciri-ciri kepribadian individu. Ini merupakan integrasi dan korelasi karakteristik klien.

Tahap 6 : Tahap 6 tempat deskripsi komprehensif ini orang tersebut ke dalam konteks situasional dan Tahap 7 membuat prediksi spesifik mengenai tingkah lakunya.

Tahap 7 adalah elemen yang paling penting yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan mengharuskan dokter memperhitungkan interaksi antara variabel pribadi dan situasional.

Daftar Referensi:

• Urbina,S.(2014).Essentials of psychological testing second edition. New Jersey:John Wiley & Sons, Inc.

• Marnat,G.G.(2003).Handbook of  assessment fourth edition.New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Selasa, 22 Maret 2016

Psikodiagnostik

Psikodiagnostik sering disebut dengan tes psikologis. Sebuah tes psikologis adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh sampel perilaku, relevan dengan kognitif, afektif, atau fungsi interpersonal, dan untuk penilaian dan evaluasi sampel yang sesuai dengan standar.

Tes psikologi sering digambarkan sebagai standar untuk dua alasan, yang keduanya mengatasi kebutuhan objektivitas dalam proses pengujian. Yang pertama harus dilakukan dengan keseragaman prosedur dalam semua aspek penting dari administrasi, skoring, dan interpretasi tes. Arti kedua standardisasi menyangkut penggunaan standar untuk mengevaluasi hasil tes. Standar ini paling sering norma-norma yang berasal dari sekelompok individu-dikenal sebagai normatif atau standarisasi sampel-dalam proses mengembangkan tes.

Dalam tes psikologis, juga berhubungan dengan reliabilitas dan validitas.Reliabilitas mengacu pada akurasi, kehandalan, konsistensi, atau pengulangan dari hasil tes. Dalam istilah yang lebih teknis, reliabilitas mengacu pada sejauh mana skor tes bebas dari kesalahan pengukuran.Misalnya, hasil tes mungkin dapat diandalkan dari waktu ke waktu, yang berarti bahwa ketika tes yang sama diberikan dua kali dalam interval waktu tertentu, hasilnya cenderung sama atau sangat mirip.

Validitas mengacu pada makna dan kegunaan dari hasil tes. Lebih khusus, validitas mengacu pada sejauh mana suatu kesimpulan tertentu atau interpretasi berdasarkan tes sesuai.

Salah satu aplikasi dari psikodiagnostik adalah wawancara. Wawancara adalah metode pengumpulan informasi melalui interaksi verbal, seperti pertanyaan langsung. Data dari wawancara memberikan pelengkap penting untuk hasil tes.

Daftar refrensi:
•Kaplan,R.M&Sacuzzo,D,P.(2012).
Psychological testing:principles,apllications,issues eight edition. USA:Cengage Learning
• Urbina,S.(2014).Essentials of psychological testing second edition. New Jersey:John Wiley & Sons, Inc.